Rabu, 31 Juli 2013

namamu

Pernah gak ada disuatu titik dimana kamu berpikir kamu uda berhasil nglepasin dia
Dan tiba-tibaaa ‘jengjeeeng’ titik itu sendiri hilang
Kamu kembali berusaha mencari
Mencari titik itu dan mencari dia
Aku ga pernah kuat
Aku sok kuat iya
Bahkan cuman buat baca namamu
Kalo yang lain dibaca sambil lalu
Kalo punyamu pasti penuh haru
Tapi ada yang aneh
Orang bilang lagu akan mengembalikan ingatanmu
Mengembalikan rasamu
Tapi aku? Berapa kali aku mendengarkan lagu-lagu untukmu tak pernah ada yang menyentuhku
Tapi sebuah nama langsung menamparku
Menarikku perasaanku begitu kasar
Memaksaku mengingatku
Dan disitulah, titikku hilang
Aku kembali pada suatu posisi
Aku merindukanmu
Perlukah ku tuliskan namamu untuk semakin mengingatmu?
Untuk semakin menampar harga diriku?
Perlukah aku berlari sekali lagi mengejarmu?
Membunuh semua rasa maluku?
Perlukah?
Sungguh aku ingin menyebut namamu, sekarang dan selamanya

Selasa, 02 Juli 2013

kamu

Dear Kitty,
uda ga kehitung berapa kali aku buka blog dan siap mau nulis tapi akhirnya?
ketutup lagi
bete!
rasanya ga tau mau nulis apa
padahal banyak banget yang mau aku tulis
buat kamu, buat dia, bahkan buat dia yang ga kebayang bakal ikut ditulis haha

konyol
sekali lagi aku kangen kamu
ya cuman kamu yang aku kangenin
seseorang yang ga pernah ngangenin aku
seseorang yang ga pernah bener-bener nglepasin aku juga
tapi seseorang yang bener-bener ninggalin aku
seseorang yang sengaja banget jadi dingin ke aku
seseorang yang sengaja banget ga perhatiin aku
tapi selalu ada pas aku nyari
selalu, biarpun ribet
uda berapa lama aku ga nyapa kamu langsung? biarpun cuman lewat telpon
uda berapa lama aku ga marah-marah gara-gara ga ada whatsapp, chat, sms dari kamu?
lama kayaknya
kangen
tapi jadi eneg kalo disuruh sms atau nelpon kamu
aslinya pengen banget
sakit tiap kali liat namamu di daftar kontak whatsapp, chat, atau sekedar liat kamu di timeline
syirik banget liat orang-orang yang bisa komunikasi sama kamu
syirik banget sama hal-hal yang kamu postingin di media sosialmu
oke, masalah terbesarku ke kamu ya emang jealous berlebihan
it's fine
aku sayang kamu, dengan caraku

kamu
aku dulu ga suka setengah mati sama kamu
pengen mati kalo ada kamu
tapi aku tau sih kamu sekarang bukan kamu yang aku tau awal-awal
tapi kamu temenku
dan aku uda janji sama diriku sendiri ga mau sama temen sendiri
aku tau kamu juga gitu kan?
kamu ga mau sama temen sendiri kan?
ga mau nyakitin dia juga kan?
so, berhentilah seperti ini
sebelum banyak yang salah prasangka bahkan perasaan kita sendiri
kamu tau?
aku sayang kamu, sebagai temanku

Sabtu, 15 Juni 2013

Bismillah, Berjuang, Berserah!

Bismillah, Berjuang, Berserah!!!
AKUNTANSI UGM
MANAJEMEN UGM
ILMU EKONOMI UGM

June 18th, 2013



Senin, 06 Mei 2013

maaf maaf maaf

Dear Kitty
aku tak pernah bisa lepas dari bayangmu
tak pernah bisa
dan tak pernah ingin
maaf
aku menyakitimu
menyakitinya
menyakiti mereka
maaf

Minggu, 03 Maret 2013

Perasaanku

Dear Kitty,
Entah apa yang kurasakan sekarang,
rindukah?
aku bahkan enggan menyebutnya rindu
terasa berlebihan, karena harga diriku kini merasa terlalu mahal mengakuinya lagi
sayangkah?
aku bahkan tidak lagi yakin dengan kata-kata itu lagi
terasa sangat berlebihan
terlalu lelah, enggan, dan bosan dengan kata-kata itu
Jadi apa ini semua?
aku mengharapkan dia kembali
tapi tidak semua dalam diriku sepakat dia kembali
ada sebagian dari diriku mencegahnya, menolaknya, dan ingin mengabaikannya
tapi, aku menginginkannya. bahkan aku sangat menekankan keinginan itu
Jadi ini apa?
Mungkinkah secara perlahan perasaan itu mulai kabur?
Mungkinkah kerealistisan telah berkembang?

Jumat, 15 Februari 2013

Peluk - RECTOVERSO

Dear Kitty,
Tiba-tiba aja keinget salah satu cerita pendek di buku Rectoverso yang alhamdulillah sekarang udah dijadikan film juga, aah ga sabar pengen nonton filmnya tapi ga atau sama siapa *modus

"Peluk

Ada keanehan yang menyembul keluar dan kini menguasai pikiranku, yang membuat aku berjarak dengan diriku sendiri dan memunculkan satu tanya: mengapa kulakukan ini?

Keanehan lain menyusul, yakni jawaban muncul dengan sendirinya tanpa proses berpikir: memang ini jalannya. Itukah yang dinamakan firasat? Menahun sudah aku tahu, hari ini akan tiba. Tapi bagaimana bisa pernah kujelaskan? Aku menyayangimu seperti kusayangi diriku sendiri. Bagaimana bisa kita ingin pisah dengan diri sendiri?

Barangkali itulah mengapa kematian ada, aku menduga. Mengapa kita mengenal konsep berpisah dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi manusia yang kita cinta.

Sedari tadi kamu seperti orang kesakitan, merangkul erat badanmu sendiri dengan mulut terkatup rapat dan rahang mengencang. Aku ingin bilang, aku paham kenapa kamu sakit. Namun tak sepatah kata pun keluar. Aku ingin bilang, aku sakit melihat kamu sakit. Namun bungkusan udara ini memberangus mulut kita berdua.

Mengapa kata-kata justru hilang pada saat seperti ini? Saat kulihat kamu butuh penghiburan, nasihat bijak, atau humor segar agar kesedihan ini beroleh penawar? Kemampuan kita berkata-kata menguap. Kemampuanku melucu lenyap. Kebisuan menjadi hadiah kebersamaan kita bertahun-tahun. Aku ingin bilang, berbarengan dengan makin pilunya hati ini, ada keindahan yang kurasakan, dan aku tak mengerti mengapa bisa demikian.

Pandangan mata kita yang sedari tadi berlari-lari mulai berani menemukan satu sama lain. Rasanya kita sama-sama tahu, entah kapan lagi tatapan seperti ini terjalin. Tak mungkin kulupa caramu memandangku, dan tak mungkin kau lupa bagaimana semua ini bermula. Aneh. Pada saat kita hendak berbalik dan menutup pintu, mendadak ruang yang kita tinggalkan memunculkan keindahan yang selama ini entah bersembunyi di mana.

Tanganmu bergerak bimbang seperti ingin meraih tanganku, tapi kau urungkan niat itu. Dua manusia yang sudah bercinta bertahun-tahun dan merasakan setiap jengkal kulit masing-masing, mendadak enggan untuk bersentuhan.

"Habis ini lalu apa? Kamu sendirian. Aku sendirian. Buat apa? Kenapa kita tidak berdua lagi saja?"

Suaramu pertama dalam setengah jam terakhir.

Mulutku refleks membuka, ingin menjawab. Tapi tak ada bunyi keluar selain tiupan karbondioksida. Aku tak tahu jawabannya. Aku tidak tahu sesudah ini lantas terjadi apa. Aku tidak tahu kenapa dua manusia yang saling sayang harus kembali berjalan sendiri-sendiri.

Namun kurasa hatimu tahu, seperti hatiku pun tahu. Jika malam ini kita memutuskan untuk bersama, itu karena kita tidak tahu bagaimana menangani kesendirian. Aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan sendiri. Kau tak layak untuk itu. Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena meenemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.

"Apa artinya cinta yang tidak lagi sama, yang kamu sebut-sebut sejak tadi itu? Memang cinta itu ada berapa macam?"  tanyamu dengan nada meninggi. Air mata yang tadi sudah reda tampak siap-siap melancarkan serangan lanjutan. Entah berapa gelontor lagi yang bakal tiba. Mendadak aku lelah karena harus menjelaskan variasi cinta macam pedagang yang mempresentasikan produk.

Aku tidak tahu cinta punya berapa macam varian. Kau harus bertanya langusng pada hatiku, karena dialah yang satu hari menutup dan mengucap: "cukup". Dia berkata: "aku tidak lagi jatuh, jalan ini sudah jadi jalan lurus. Teruskan maka aku mati, karena takdirku adalah jatuh. Bukan berjalan di setapak datar apalagi mendaki."

Hati adalah air, aku lantas menyimpulkan. Baru mengalir jika menggulir dari tempat tinggi ke tempat lebih rendah. Ada gravitasi yang secara alamiah menggiringnya. Dan jika peristiwa jatuh hati diumpamakan air terjun, maka bersamamu aku sudah merasakan terjun, jumpalitan, lompat indah. Berakali-kali. Namun kanal hidup membawa aliran itu ke sebuah tempat datar, dan hatiku berhenti mengalir. Siapa yang mengatur itu? Aku pun tak tahu. Barangkali kita berdua, tanpa kita sadari. Barangkali hidup itu sendiri, sehingga sia-sia menyalahkan siapa-siapa.

Aku ingin mengalir. Hatiku belum mau mati. Aliran ini harus kembali memecah dua agar kita sama-sama bergerak. Sebelum kita terlalu jengah dan akhirnya pisah dalam amarah.

Jadi, aku tidak tahu cinta itu terdiri dari berapa macam. Yang kutahu, cinta ini tersendat, dan hatiku seperti mau mati pengap. Kendati kusayang kamu lebih dari siapa pun yang kutahu. Kendati bersamamu senyaman berselimut pada saat hujan. Aku aman. Namun aku mengerontang kekeringan. Dan kini kutersadar, aku butuh hujan itu. Lebih dari apa pun.

 "Kamu akan menyesal..." gumammu lagi.

Mungkin. Kini kita tak mungkin tahu.

"Enam tahun. Kita akan buang enam tahun itu begitu saja?" Retorikal dan getir, kamu bertanya.

Kamu bukan tisu sekali pakai. Kita tidak mungkin membuang apa pun jika kita percaya hati bukan diperuntukkan untuk menyimpan. Otakku merekam dan menyimpan kamu, kita, dan enam tahun ini. Hati tidak pernah menyimpan apa-apa. Ia menyalurkan segalanya. Mengalir, hanya mengalir. Namun kata-kata membeku di ujung mulutku seperti stalaktit dan stalagmit. Tampak dinamis dalam konsep tapi tak bergerak.

"Ngomong, dong!" Tiba-tiba suaramu meledak murka.

Bentakanmu seperti aba-aba perwira yang menggerakkan kedua tanganku untuk tahu-tahu merengkuhmu. Refleks yang tak kusangka akan muncul.

Tubuhmu berontak. Kurasakan amarahmu, sakitmu. Kupererat rengkuhanku. Tanganmu meronta, berusaha melepaskan diri. Wajahmu kautarik menjauh. Segala macam cara kaukerahkan untuk bebas dari pelukanku. Namun aku bertahan.

Rasakan, bisikku dalam hati. Panas tubuh kita berdua mencairkan apa yang sudah beku bertahun-tahun. Rasakan betapa lamanya kita terlelap dan membiarkan aliran itu padam. Begitu terbiasa kita memandang taring-taring es itu hingga menjadi layaknya aksesori ruangan, padahal kita sudah mau mati kedinginan, kekeringan. Kamu tak layak didera. Kita tak layak disiksa.

Berangsur, tubuhmu tenang. Otot-ototmu yang tegang mulai melemas, lelah meronta, dan lunglai pasrah dalam pelukanku. Kau mulai menangis. Aku mulai menangis. Lenganmu perlahan mendaki dan balik mendekapku. Kita resmi berpelukan.

Cukup lama tubuh kita terpaut hingga kata-kata yang menggantung beku mulai cair dan mengalir dalam darah kita masing-masing. Hatimu tahu, seperti hatiku pun tahu. Nadi kita mendenyutkan pesan-pesan yang tahunan sudah menanti untuk bersuara. Inilah keindahan yang kumaksud. Kejujuran tanpa suara yang tak menyisakan ruang untuk dusta. Sakit ini tak terobati dan bukan untuk diobati. Dan itu jugalah keindahan yang kumaksud. Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya,.

Hati-hati, lenganku melonggar, melepaskan tubuhmu. Aku tahu aku telah dimengerti, meski sekali saja pelukanku.

Aliran ini memecah. Indah. Meski aku berbalik pergi dan tak kembali."

Mewakili perasaanmukah cerita itu? Itukah yang kamu rasakan saat itu dan kini? Itukah alasanmu sangat-sangat menghindariku? Maukah kamu menjawabnya?

Kamis, 14 Februari 2013

Back Again! Freak!

Dear Kitty
hellooo Kitty. Wah lama sekali tidak jumpa ya ampun ya ampuuuuun. udah hampir setahun kali yaaa. Ya AMPUUUN.
Well, salah satu tujuan dan alasanku kembali blogging adalah mencurahkan unek-unek. Kamu taulah pasti its about who and what. Bukannya itu satu-satu alasan bikin blog? hihi
Kitty, aku suka ga paham aja sama orang-orang yang suka ngeribetin perasaan sayangnya sendiri. Kadang aku mikir apa itu sebenarnya cuman aku doang yang berpikir kalo dia masih sayang? Atau sebenarnya emang dia masih sayang tapi gak mau ngaku? Ga tau kenapa aku yakin banget dia masih sayang demi apapun. Tapi dia berusaha nutupin semuanya. sayangnya kalo berdasar hasil nonton film, drama, dan baca novel; orang-orang kayak aku, yang suka ngerasa mantan masih sayang, adalah para pecundang karena ga ngebuka mata. Karena saking ga pengennya kehilangan si mantan dia memanipulasi otak, pemikiran, dan perasaannya sendiri dengan cara mempercayai sesuatu yang sia-sia, yaitu "Aku percaya dan ngerasa banget kalo Dia masih sayang aku. Kamu cuman capek dan butuh sedikit waktu. Kalo semuanya udah baik-baik aja, aku yakin kamu bakal kepikiran aku lagi. Karena apa? Cuman aku yang ngerti kamu". Apa aku orang yang kayak gitu? Oh My, aku ga pengen jadi orang freak. Well, nulis hal-hal kayak gini di blog aja udah bikin freak, enggak, tapi sekedar ngegalauin orang yang sama setiap harinya aja udah freak. Oh come on Dea, ini 2013 sampe kapan sih kamu mau galaaaaau. Jaman gitu De? CKCK. Oke Saya Memang Ababil dan masih sayang mantan banget. Anda mau ketawa? Oh silahkan!
Well Kitty, aku bener-bener ngerasa freak! Buat yang ga sengaja ngebaca blog ini saya minta maaf, saya lagi random banget